Dosen Prodi Ilmu Gizi Ibu Ni Putu Eny Sulistyadewi, S.Gz., M.Si mengikuti mini lokakarya yang diselenggarakan oleh dinas P3K2KB di kantor Desa Dauh Puri Kauh, Denpasar. Acara dibuka oleh perwakilan sekretaris camat Denpasar barat. Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan diberikan oleh bapak perbekel desa dauh Puri kauh. Bapak Mekel menyampaikan bahwa perlu keseriusan dalam pelaksanaan kegiatan ini. Sehingga peran serta berbagai pihak dapat berkontribusi maksimal.
Pemateri pada acara tersebut adalah bapak dr. Dewa Palguna (Satgas Stunting Provinsi Bali). Dalam pemaparan materinya dr. Dewa menekankan tentang pemahaman awal stunting, agar para pihak yang terlibat dapat menemukan ataupun memberikan intervensi yang tepat pada keluarga yang beresiko stunting. Selain itu, stunting juga merupakan program nasional yang menjadi tanggung jawab bersama yang harus segera mendapatkan penanganan karena merupakan calon generasi penerus bangsa berikutnya.
Kenaikan kasus atau kejadian stunting tertinggi pada peralihan usia 6-11 bulan ke 12-23 bulan, sehingga perlu perhatian khusus. Dimana pada masa ini, anak/bayi/baduta sudah diperkenalkan MPASI. Oleh karena itu, perlu pendampingan yang lebih intensif sehingga anak/bayi/baduta mendapatkan asupan sesuai dengan kebutuhannya terutama yang menjadi perhatian adalah pemberian MPASI yang kaya protein hewani. Pada remaja putri juga perlu diperhatikan karena menjadi calon ibu kedepannya. Kasus kejadian anemia juga terjadi peningkatan, namun di Bali kasusnya masih rendah. Walaupun masih rendah, hanya tetap perlu mendapatkan perhatian agar tidak menjadi calon ibu hamil yang anemia dan KEK. Dampaknya akan melahirkan anak yang BBLR dan beresiko stunting. Narasumber juga tetap menekankan pada 3 standar dan 4 pasti yang menjadi panduan dan acuan dalam PPS. Selain itu, bagaimana peran bersama dalam meningkatkan animo masyarakat untuk mengajak anak-anak datang ke posyandu setiap bulan agar memperoleh data yang akurat. Kenyataan yang terjadi di masyarakat, data posyandu paling lengkap hanya pada bulan februari dan Agustus saja karena mendapatkan kapsul vitamin A dan obat cacing. Oleh karena itu, perlu upaya-upaya dalam peningkatan animo masyarakat sehingga masyarakat mau mengajak anak/bayi/baduta/balita setiap bulan datang ke posyandu untuk melakukan pengukuran antopometri dan mendapatkan edukasi. Posyandu selain untuk anak balita, juga perlu diaktifkan kembali untuk posyandu remaja. Sehingga memang dari dini remaja sudah mendapatkan edukasi tentang kesehatan terutama gizi dan reproduksi.
dr. Dewa juga tetap menghimbau untuk pelaporan data-data sesuai dengan format yang sudah diberikan pada setiap desa. Data ini nantinya akan dijadikan acuan untuk penanganan keluarga beresiko stunting dan penentuan BAAS (Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting).
Peran gizi juga perlu diperkuat dengan memberikan edukasi secara terus menerus baik kepada remaja, wus, bumil, busui dan orang tua baduta/balita. Selain itu, perlu dibuatkan Bagan/rangkuman sederhana tentang bagaimana aplikasi penggunaan bahan makanan kaya protein hewani dalam penanganan kasus keluarga beresiko stunting di tingkat desa.
Informasi tambahan dari Kepala Puskesmas Denbar 2 akan ada kegiatan sosialisasi dan pemeriksaan kesehatan gratis yang dilakukan oleh puskesmas denbar 2 bagi catin. Output dari kegiatan ini para catin akan langsung mendapatkan sertifikat layak nikah yang diberikan secara gratis.