Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki percepatan pertumbuhan cukup pesat dalam 10 tahun terakhir. Hal ini ditandai dengan semakin banyak orang yang bekerja di kota-kota besar. Jenis pekerjaan banyak mengarah ke sektor industry dan informasi. Sehingga mengarah ke perubahan gaya hidup yang signifikan bagi masyarakat. Perubahan gaya hidup ini tidak diiringi dengan pola hidup sehat dan mengarah ke pola konsumsi karbohidrat sederhana (gula) dan tinggi akan lemak jenuh dan kurangnya aktivitas fisik. Pola hidup tidak sehat secara langsung mempengaruhi kualitas hidup masyarakat Indonesia dan status gizi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan data WHO, orang Indonesia memiliki resiko meninggal premature sebanyak 30% untuk laki-laki dan 24% untuk perempuan. Berdasarkan data di tahun 2016, sebanyak 35% kematian diakibatkan oleh penyakit jantung, kanker sebanyak 12%, 6% karena diabetes mellitus dan 15% dari penyakit tidak menular. Sedangkan menurut RISKESDAS, masyarakat Indonesia kurang mengkonsumsi buah dan sayuran. Sebanyak 95.5% masyarakat Indonesia kurang mengkonsumsi buah dan sayuran di tahun 2018. Jumlah ini meningkat dari tahun 2013, yaitu 93.5%.
Diet Mediterania merupakan diet yang berasal dari Kawasan Mediterania. Diet ini berfokus pada peningkatan asupan sayuran, buah dan kacang-kacangan dan mengurangi porsi asupan daging merah dan process food. Asupan lemak pada diet ini sekitar 30-40% dan terdiri dari rendah lemak jenuh dan tinggi MUFA (monounsaturated fatty acid). Di awal penemuan diet ini, asupan lebih banyak pada sayur-sayuran, buah, kacang, biji-bijian serta sereali yang tidak terproses. Pada masyarakat di Kawasan Mediterania, konsumsi daging dan produk olahannya masih rendah karena harga yang mahal pada saat itu. Selain itu, konsumsi susu dan produk olahannya juga rendah.
Diet mediterania saat ini dikembangkan menjadi salah satu tipe diet unggulan dalam mencegah penyakit kronis. Dalam menjalani diet Mediterania, seseorang perlu memahami bahwa adaptasi merupakan bagian penting dari proses perubahan pola makan. Secara umum, diet Mediterania disusun dengan prinsip piramida yang terdiri dari 4 lapis: lapisan pertama yaitu setiap kali makan ; lapisan kedua yaitu makanan yang harus dikonsumsi setiap hari; lapisan ketiga adalah makanan yang dapat dikonsumsi beberapa kali dalam seminggu; dan lapisan tertinggi adalah makanan yang dikonsumsi secara terbatas atau jarang dari sekali dalam seminggu. Diet ini juga harus disertai dengan aktivitas fisik yang dapat dilakukan 5-6 kali dalam seminggu.
Diet mediterania mampu menekan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah sebagai pencegahan primer. Beberapa mekanisme yang dapat dijelaskan adalah mencegah dan mengurangi pembentukan plak aterosklerosis, mencegah peningkatan tekanan darah, memperbaiki profil lipid darah, mencegah kekakuan arteri dan memperbaiki fungsi sensitivitas insulin dan meningkatan kadar glukosa darah. Studi tentang efek diet Mediterania terhadap progresivitas penyakit jarang masih terbatas. Akan tetapi, penelitian dalam 3 dekade terakhir menunjukkan bahwa diet ini berkaitan dengan penurunan terjadinya resiko penyakit kardiovaskuler dan peningkatan inflamasinya.
Sumber:
Harry Freitag Luglio Muhammad. Diet Mediterania: Teori dan aplikasinya bagi masyarakat Indonesia.2021. Gadjah Mada University Press.